Sering kali kita menyepelekan batuk dan pilek. “ Ah, Cuma batuk,” atau “ah, Cuma pilek.” Ucapan itu sering terdengar dari mulut penderita. Kita beranggapan dengan minum obat batuk dan pilek yang dibarengi dengan istirahat, masalah akan teratasi. Meskipun kedengarannya mudah dan biasa, masalah batuk sebenarnya tidaklah demikian.
Bila merujuk ke data dari Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI pada 2004, infeksi saluran pernapasan bagian atas akut (ISPA) berada di sepuluh besar penyakit dan kematian di rumah sakit di Indonesia. Dengan jumlah 1.040.505 atau sama dengan 8.5% dari seluruh kunjungan pasien ke rumah sakit, penyakit itu menempati urutan pertama. Bahkan penyakit ISPA juga menempati urutan pertama penyakit penyebab kematian di rumah sakit di Imdonesia pada tahun yang sama dengan jumlah kematian 5.532 atau 4.9% dari total kematian.
Menurut dr. Daniati Kusumo Sutoyo SpP(K) dari RS Persahabatan , angka tersebut tidak bisa dianggap remeh dan disepelekan. Karena itu, perlu ditanamkan pemahaman lebih kepada masyarakat agar tidak menyepelekan batuk dan pilek.
Daniati menjelaskan batuk sebenarnya merupakan gejala gangguan pernafasan dan bukan suatu penyakit. Batuk adalah gangguan pernafasan yang sering terjadi di samping gejala pernafasan lainnya seperti sesak nafas, berdahak dan nyeri dada.
Dalam praktek kedokteran, batuk merupakan keluhan yang paling sering membawa pasien datang berobat. Sebenarnya batuk adalah cara tubuh menjaga agar tenggorok serta jalan nafas tetap bersih,” ujar Titi, sapaan akrab dr. Daniati, pada acara peluncuran kemasan baru obat batuk Decolsin di Jakarta, pekan lalu.
Titi mengakui pada dasarnya batuk merupakan mekanisme perlindungan tubuh khususnya saluran nafas untuk membersihkan jalan nafas dari benda asing atau partikel yang masuk lewat pernafasan manusia. Sehingga batuk bisa terjadi saat kondisi sehat dan sakit. Dalam kondisi sehat, lanjut Titi, banyak partikel dan debu yang m,asuk ke saluran nafas sehingga kita ingin mengeluarkannya. “Pada saat tersedak makanan atau minuman, kita juga secara refleks akan batuk. Sedangkan saat sedang sakit, akan ada peradangan di saluran nafas yang mengakibatkan iritasi dan rangsang refleks batuk serta upaya nafas mengelurakan lendir yang lebih banyak dan kental,” tambahnya.
Karena itulah, kata Titi, batuk dianggap biasa. Namun, ia menegaskan lagi, batuk yang berlangsung lebih dari delapan minggu atau lebih dikenal dengan batuk kronik, dapat menimbulkan masalah lebih lanjut.
Batuk Kronik
Seseorang dengan batuk kronik merasa penyakitnya serius sehingga mudah putus asa, kelelahan, stress, mengalami gangguan organik, seperti otot perut sakit, buang air kecil dan besar yang tidak terkontrol saat batuk dan nyeri otot.
Titi menjelaskan sebenarnya batuk kronik tidak selalu merupakan tanda penyakit serius tetapi batuk kronik perlu ditelusuri dengan cermat untuk mendapatkan penyebabnya sehingga penanganannya berorientasi pada penyebanya lebih ditekankan.
“Kenali keluhan yang mengikuti batuk dan tanda lainnya untuk mengetahui penyebab keluhan batuk itu sendiri. Obat batuk diberikan dengan memperhatikan jenis batuk agar dapat memperhatikan pengobatan yang sesuai dengan keluhan batuknya,” jelasnya.
Batuk, lanjutnya, bisa terjadi pada siapa saja tanpa mengenal usia. Mulai anak kecil sampai orang lanjut usia. Namun, anak-anak lebih mudah terkena batuk pilek. Dalam satu tahun mereka bisa terserang empat sampai delapan kali, tetapi biasanya enam kali dalam setahun. Orang dewasa pada umunya sebanyak dua sampai empat kali dalam setahun.
Batuk bisa dibedakan berdasarkan lamanya. Pertama batuk akut yang terjadi kurang dari tiga minggu pada keadaan sebelumnya tidak ada keluhan, dapat terjadi iritasi, penyempitan saluran nafas akut, dan infeksi akut virus dan bakteri.
Kedua, batuk kronik yang berlangsung lebih dari tiga minggu. Pada infeksi akut pernafasan akibat virus sering diikuti dengan batuk lama sekitar tiga sampai delapan minggu akibat kerusakan epitel saluran nafas, karena itu ada juga istilah batuk subakut yang berkisar tiga sampai delapan minggu.
Ketiga, batuk berdahak atau produktif dan keempat, batuk kering atau non produktif. Batuk produktif disebabkan sistem pernafasan perlu mengeluarkan lendir yang banyak dan berlebihan.
Untuk pengobatan diciptakan lingkungan yang hangat, minum air hangat yang cukup, istirahat yang cukup, makan sayur dan buah, makan makanan yang bergizi, serta mengkonsumsi obat batuk-pilek. Jika takut dengan obat-obatan yang mengandung banyak bahan kimia, dapat mencoba alternatif dengan terapi udara bersih.
sumber: Media Indonesia